Minggu, 17 Maret 2024

AKSI NYATA TOPIK 3: Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pembelajaran

 Penulis: Ni Komang Widiantari

PPG Prajabatan 2023

Gambar 1: Implementasi Pembelajaran mempertimbangkan Perspektif Sosiokultural
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Refleksi Alur MERDEKA pada Topik 3:

Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pembelajaran


1.   Mulai Dari Diri

Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?

Topik 3 mata kuliah Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia membahas mengenai “Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Politik Dalam Pembelajaran”. Hal pertama yang saya pikirkan tentang topik ini adalah hal-hal menarik apa yang sekiranya diperoleh, karena pada awalnya saya berpikir bahwa pembelajaran hanya bergantung pada keterampilan guru mengajar tanpa memperhatikan keempat aspek tersebut. Selain itu, di lapangan saya juga kerap bertemu dengan peserta didik yang memiliki latar belakang yang beragam, sehingga yang terlintas di pikiran saya pada topik ini adalah bagaimana saya mampu memahaminya dan mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Saya berpikir melalui topik 3 ini, saya dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif, berbasis budaya, dan responsif terhadap kebutuhan beragam siswa. Langkah-langkah ini tidak hanya akan meningkatkan efektivitas pembelajaran saya sebagai seorang pendidik, tetapi juga akan membantu memperkuat koneksi antara konsep teoretis dan praktek dalam konteks pendidikan. Dengan demikian, saya bertekad untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengimplementasikan konsep-konsep sosiokultural, SES, dan CHAT ke dalam praktik pembelajaran.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=inbOD1zeZ2k&t=825s

Pada Mulai Dari Diri, juga disajikan dengan tayangan video mengenai proses pendidikan di daerah Pedalaman yakni Desa Mulya Jaya yang memberikan banyak inspirasi dan tenaga pendidiknya yang sangat bersemangat dan memiliki komitmen tinggi dalam memberikan pengabdian dan pendidikan yang layak, sesuai dengan karakteristik peserta didik. Walau ditengah keterbatasan sarana prasarana, proses pendidikan di desa tersebut tetap berjalan dengan baik karena guru-guru cenderung menerapkan pembelajaran kontekstual yang memberikan pengalaman nyata pada peserta didik. Serta membekalkan pula keterampilan hidup untuk mereka.

 

2.   Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?

Gambar 2. Lev Vygotsky

Banyak pemahaman baru yang saya peroleh di tahap eksplorasi, yakni bagaimana interaksi sosial sangat berpengaruh pada perkembangan peserta didik, terutama antara hubungan anak dengan orang dewasa. Vygotsky mengeksplorasi pentingnya hubungan sosial untuk pembentukan kesadaran dalam sebuah artikel yang diterjemahkan sebagai “The Socialist Alteration of Man” (1994). Serta menghubungkan faktor-faktor yang berhubungan dengan SES dengan perbedaan dalam sosialisasi. Ketika kita menghubungkan faktor-faktor yang terkait dengan Status Sosial Ekonomi (SES) dengan perbedaan dalam sosialisasi, kita melihat bahwa anak-anak dari latar belakang SES yang berbeda mungkin mengalami pengalaman sosialisasi yang berbeda pula. Anak-anak dari latar belakang SES yang tinggi memiliki akses yang lebih besar dan baik terhadap sumber daya pendidikan yang layak, seperti buku, internet, dan kegiatan ekstrakurikuler, yang dapat memperkaya interaksi sosial mereka dan mendukung perkembangan yang positif. Anak-anak dari latar belakang SES yang rendah mungkin lebih rentan terhadap interaksi sosial yang kurang mendukung, misalnya, karena orang tua mereka bekerja jauh atau bekerja dalam kondisi yang membutuhkan waktu dan perhatian yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga (Nurwati & Lestari, 2021).

Gambar 3: Status Sosial Ekonomi

Selain itu, terhadap kekerasan simbolik, anak-anak yang berasal dari SES rendah cenderung memiliki kemungkinan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang berasal dari latar belakang SES tinggi. Dengan memahami koneksi antara interaksi sosial, latar belakang SES, dan proses sosialisasi, pendidik dapat lebih baik mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh peserta didik dari berbagai latar belakang, serta merancang lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan sosial dan emosional mereka secara holistik. Dikutip dari Suardipa, (2020), Teori pembelajaran Vygotsky menegaskan bahwa untuk memahami pikiran seseorang, kita perlu mempertimbangkan konteks sosial-budaya dan sejarah hidupnya. Dengan kata lain, pemahaman terhadap pikiran individu tidak hanya dapat dicapai dengan mengeksplorasi pikiran bawah sadar atau psikisnya, tetapi juga melalui analisis interaksi sosial yang dipengaruhi oleh konteks historis kehidupan individu tersebut.

 

3.     Ruang Kolaborasi

Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?

Pada ruang kolaborasi kelompok, mendiskusikan terkait masing-masing pandangan pada perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi proses pendidikan. Seluruh kelompok memiliki opini yang serupa bahwa keempat aspek saling mempengaruhi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif. Pada aspek sosial: Pembelajaran tidak hanya melibatkan penerimaan informasi dari guru, tetapi juga melibatkan interaksi sosial antara siswa, serta interaksi siswa dengan guru dan lingkungan belajar mereka. Interaksi sosial ini mempengaruhi motivasi, pemahaman, dan persepsi siswa terhadap materi pembelajaran. Pada aspek budaya: Budaya memainkan peran penting dalam menentukan nilai-nilai, norma, dan harapan dalam pendidikan. Pendidikan sering kali mencerminkan nilai-nilai budaya tertentu dan berusaha untuk mentransmisikan dan mempertahankan warisan budaya. Pada aspek ekonomi: faktor ekonomi seperti status sosial ekonomi, pendapatan, dan distribusi kekayaan dapat memengaruhi akses siswa terhadap pendidikan berkualitas. Ketidaksetaraan ekonomi dapat menjadi hambatan bagi kesetaraan pendidikan dan mobilitas sosial. Keputusan politik dan kebijakan pemerintah mempengaruhi struktur, kurikulum, dan praktik pendidikan. Kebijakan pendidikan dapat membentuk arah dan fokus pendidikan nasional, serta memengaruhi sumber daya dan alokasi dana untuk pendidikan. sehingga dibutuhkanlah pendidikan multikultural dalam proses pembelajaran. Menurut Hardi & Mudjiran (2022), Pendidikan multikultural merupakan respons terhadap pertumbuhan keragaman populasi di sekolah, seiring dengan kebutuhan akan kesetaraan hak bagi semua kelompok. Ini mengindikasikan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang inklusif bagi semua siswa, tanpa memandang perbedaan kelompok seperti gender, etnis, ras, budaya, status sosial, dan agama.

Dalam diskusi pada ruang kolaborasi, juga membahas pentingnya guru menguasai keempat kompetensi yakni Kompetensi Pedagogis, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional. Kaitan keempat kompetensi tersebut dengan penerapan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Kompetensi Pedagogis mengharapkan guru memiliki keterampilan merencanakan, mengajar, dan mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan latar belakang peserta didik, baik meliputi sosial, budaya, ekonomi dan politik. Guru harus mampu merancang strategi yang tepat dan tentunya wawasan yang luas agar materi dengan kondisi peserta didik relevan.
  2. Kompetensi Kepribadian mengharapkan guru memiliki kepribadian atau sikap yang sesuai dengan nilai dan norma, serta menunjukan diri sebagai pribadi yang mantap. Diharapkan guru mampu menunjukan sikap terbuka dan menerima keberagaman sosiokultural yang ada di kelas.
  3. Kompetensi Sosial mengharapkan guru untuk mampu beriteraksi dengan beragam pihak (siswa, orang tua dan rekan kerja) agar dapat berkomunikasi dan menangani konflik yang terjadi. Dalam konteks keberagaman guru tentu harus mampu berinteraksi dengan siapapun dan terampil dalam mengatasi konflik yang terjadi dari adanya keberagaman latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Contohnya dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan lingkungan sosial yang positif yang membuat seluruh siswa merasa aman dan nyaman untuk berinteraksi.
  4. Kompetensi Profesional mengharapkan guru memiliki pemahaman yang kuat tentang penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat mendukung pembelajaran yang dikuasai. Guru harus mampu memilih dan menggunakan materi pembelajaran yang relevan secara sosial dan kultural. Ini dapat mencakup memilih bahan bacaan atau sumber daya yang mewakili berbagai perspektif budaya dan sosial, serta membangun koneksi antara materi pelajaran dengan pengalaman hidup siswa.

Namun juga ditemukan beberapa perbedaan seperti pandangan terhadap ekonomi dan budaya yang tentunya beragam. Perbedaan pandangan muncul pada faktor ekonomi yang mempengaruhi proses pendidikan. Beberapa menganggap bahwa dalam perspektif ekonomi, guru harus memahami kondisi ekonomi peserta didik dan mencoba menciptakan pembelajaran yang adil dan dapat diakses seluruh siswa. Namun, disisi lain terdapat pandangan yang lebih luas bahwa faktor ekonomi juga dapat ditinjau dari sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Fasilitas sekolah yang lengkap, ketersediaan sumber belajar dan media yang beragam juga harus dipertimbangkan oleh guru. sehingga faktor ekonomi tidak hanya mengarah pada kondisi siswa secara pribadi, namun juga sumber daya sekolah yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh guru. Selain itu, pada ruang kolaborasi juga menyampaikan terkait kesiapan menjadi seorang pendidik. Hal ini juga dengan pemahaman terkait perspektif sosiokultural akan menuntun guru untuk memiliki kesiapan mengajar yag lebih baik dan optimal.

 

4.     Demonstrasi Kontekstual

Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?

Pada proses demonstrasi kontekstual saya bersama kelompok mempresentasikan hasil diskusi masing-masing dan ditemukan beberapa persamaan pola pikir terkait pentingnya perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang beragam, melalui asesmen diagnostk untuk mengetahui aspek-aspek penting yang perlu untuk diamati dan dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Dalam diskusi tersebut, hal penting yang saya peroleh bahwa selain guru harus memiliki pemahaman latar belakang siswa yang beragam, guru juga harus terampil dan mampu berinovasi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif. Karena akan percuma jika guru hanya sebatas memahami keberagaman siswa tanpa adanya aksinyata. Selain itu, kondisi siswa juga sangat dipengaurhi oleh orang dewasa di sekitarnya Di sekolah, guru berperan sebagai orang dewasa memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk lingkungan belajar yang mendukung, memotivasi, dan memfasilitasi perkembangan siswa. Mendengarkan, memahami, dan merespons perasaan serta kebutuhan siswa adalah kunci untuk menciptakan ikatan yang positif. kerjasama antara guru, orang tua, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk lingkungan belajar yang mendukung dan menyeluruh. Komunikasi terbuka dan kolaboratif antara semua pihak dapat meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan dan potensi siswa.

5.     Elaborasi Pemahaman

Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?

Sejauh ini, saya sudah memahami bahwa guru harus mempertimbangkan perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik untuk memberikan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi setiap siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Guru juga harus memastikan bahwa semua siswa memiliki akses yang sama terhadap sumber daya dan kesempatan pendidikan. Ini termasuk akses ke bahan pelajaran, teknologi, fasilitas, dan kegiatan ekstrakurikuler. Saya mendapat pemahaman bagu, bahwa guru dapat memilih materi pembelajaran dan contoh-contoh yang relevan dengan pengalaman hidup siswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi. Ini membantu memperkuat hubungan antara pembelajaran di kelas dengan kehidupan sehari-hari siswa, serta mempromosikan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Selain itu juga, penting adanya upaya dalam mempromosikan kesadaran sosial dan toleransi di kelas dengan membahas isu-isu sosial yang sensitif, memperkenalkan perspektif yang beragam, dan membangun lingkungan yang mendukung untuk dialog terbuka dan menghormati perbedaan.

Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai?

Awalnya saya berpikir bahwa cukup ketika guru memahami keberagaman siswa di kelas dan mengakomodasi setiap kebutuhan siswa. Namun, perlu juga bagi guru untuk membuat siswa juga memahami bahwa mereka hidup dalam keberagaman. Ternyata, guru perlu memfasilitasi diskusi kelas tentang keberagaman, memperkenalkan siswa pada berbagai perspektif dan pengalaman hidup. Ini menciptakan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, belajar satu sama lain, dan merangsang rasa ingin tahu. Mendorong siswa untuk bekerja sama dalam proyek-proyek yang merayakan keberagaman, seperti mempersembahkan pertunjukan budaya atau mengadakan acara makanan multikultural, dapat memperkuat rasa saling menghargai dan kerjasama di antara siswa. sehingga siswapun juga dibentuk untuk lebih menghargai dan menghormati keberagaman yang ada di sekitarnya. Dengan membantu siswa memahami dan menghargai keberagaman, guru tidak hanya membantu mereka menjadi warga dunia yang lebih toleran dan terbuka, tetapi juga membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis secara keseluruhan. Ini adalah langkah penting dalam mempersiapkan generasi masa depan untuk sukses dalam dunia yang semakin terhubung dan beragam.

Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut terkait topik ini adalah bagaimana pengimplementasian guru dalam menerapkan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran dengan memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Bagaimana cara seorang gru mampu melaksanakan pendidikan berdiferensiasi dan tanggap budaya agar mampu memenuhi ZPD (Zona Proksimal Development). Serta bagaimana cara guru sebagai orang dewasa untuk beradaptasi di lingkungan tempatnya mengajar apabila kebudayaan di lingkungan tersebut bertolak belakang dengan miliknya.

 

6.     Koneksi Antar Materi

Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?

Pada koneksi antar materi, tentu saya mengaitkan dengan beberapa mata kuliah yang pernah atau sedang dipelajari saat ini. Tentu banyak memiliki keterkaitan antar satu sama lain yang nantinya dapat menjadi dasar untuk dilaksanakan di kelas untuk menciptakan pendidikan yang efektif. Berikut ini beberapa mata kuliah yang relevan dengan materi ini:

Filosofi Pendidikan Indonesia

Gambar 4: Ki Hadjar Dewantara

Mata kuliah ini banyak membehas mengenai filosofi pendidikan Indonesia yang merupakan buah pikiran dari Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara. Bahwa terdapat pemikiran bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun semua kodrat yang ada pada anak sehingga mereka mencapai keselamatan. "Guru sebagai pamong" merujuk pada peran guru sebagai pengarah atau pembimbing dalam proses belajar mengajar. Istilah "pamong" dalam konteks ini mengacu pada figur yang memberikan arahan, dukungan, dan bimbingan kepada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran mereka. Guru sebagai pamong memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa menavigasi materi pelajaran, mengidentifikasi kebutuhan individu mereka, dan memberikan bantuan yang sesuai sesuai dengan Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) mereka. Dikutip dari Wardani, dkk (2023), Pada tahap perkembangan, ZPD memungkinkan anak untuk memecahkan masalah dengan berinteraksi atau bekerja sama dengan guru atau teman sebaya. Ketika masalah yang seharusnya memerlukan bimbingan eksternal berhasil diatasi dengan bantuan orang lain, anak akan dapat mengatasi masalah serupa secara mandiri di masa depan. Ini menunjukkan bahwa apa yang dipelajari dengan bantuan orang lain hari ini akan membantu anak menjadi mandiri dalam menghadapi situasi serupa di kemudian hari.

Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya

Penting bagi guru menciptakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, yang dapat ditinjau dari latar belakang sosial, budaya, ekonomi. Guru harus mampu memberikan pendidikan yang membuat siswa merasa aman dan nyaman dengan mempertimbangkan latar belakangnya.

Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif

Untuk menciptakan pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan mempertimbangkan perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik, guru dapat menerapkan pengajaran berdiferensiasi dengan menyesuaikan konten, proses dan produk sesuai dengan kondisi dan latar belakang peserta didik. guru dapat menerapkan pembelajaran culturally responsive teaching agar sesuai dengan kebudayaan peserta didik. Culturally Responsive Teaching (CRT) merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk sengaja  menghubungkan  latar  belakang  budaya  siswa  dengan  materi pelajaran (Wahira,dkk, 2024). serta menerapkan pendekatan Teaching at the Right Level agar sesuai dengan konsep ZPD.

Praktik Pengalaman Lapangan

Pemahaman dalam topik ini harus mampu diterapkan dalam praktik di lapangan, karena di kondisi nyata tentu siswa memiliki latar belakang yang beragam. Sehingga guru harus memahami dan memperaktikannya.

7.   Aksi Nyata

Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Pembahasan topik ini tentu sangat bermanfaat bagi kesiapan saya sebagai guru nantinya, bahwa sangat perlu mempertimbangkan perspekif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam proses pembelajaran guna menciptakan pendidikan yang inklusi dan berpihak pada peserta didik. Dalam mengajar siswa dari latar belakang yang berbeda, guru perlu menggunakan pendekatan instruksional yang diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar individual siswa. Ini termasuk menyediakan dukungan tambahan, menyesuaikan materi pembelajaran, dan menggunakan strategi pembelajaran yang beragam. Dalam mengajar siswa dari latar belakang yang berbeda, guru perlu menggunakan pendekatan instruksional yang diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar individual siswa. Ini termasuk menyediakan dukungan tambahan, menyesuaikan materi pembelajaran, dan menggunakan strategi pembelajaran yang beragam.

Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1–10? Apa alasannya?

Saya menilai kesiapan diri saya untuk mengajar dengan perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik adalah 7.5. Nilai ini bertambah dari pengalaman belajar di topik-topik sebelumnya, karena tentunya seiring berjalannya waktu kemampuan dan wawasan saya mulai bertambah setelah mempelajari beberapa topik pada mata kuliah Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia. Saya mulai menguasai konsep-konsep dasar pendidikan yang berpihak pada peserta didik dengan mempertimbangkan keberagaman latar belakang, namun masih perlu ditingkatkan dan diasah melalui praktik baik di lapangan, agar semakin meningkatkan kesiapan mengajar.

Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Sebagai seorang guru, tentu saya perlu mempersiapkan diri dengan lebih matang lagi untuk mampu menyesuaikan pembelajaran dnegan latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dalam konteks pembelajaran, adapun hal-hal yang akan saya persiapkan yakni meliputi:

  1. Menyusun racangan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik atau sesuai dengan konsep ZPD. Menggunakan pendekatan diferensiasi dan Teaching at the Right Level. Mengembangkan strategi pengajaran yang beragam untuk mengakomodasi gaya belajar dan tingkat pemahaman yang berbeda sesuai dengan keberagaman ekonomi. Hal ini dapat mencakup penyediaan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk, menggunakan sumber daya yang dapat diakses oleh semua siswa, dan memberikan pilihan tugas yang relevan dengan kehidupan sehari-harinya.
  2. Mempersipakan asesmen atau alat penilaian yang dapat digunakan secara berkala untuk memantau atau meonitor perkembangan peserta didik, sehingga guru mampu memperbaiki proses pembelajaran supaya lebih relevan sesuai dengan latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik.
  3. Menggunakan sumber daya lokal utnuk mendukung proses pembelajaran agar lebih bermakna dan relevan. Dengan mengikutsertakan masyarakat atau komunitas lokal dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak hanya belajar dari guru, namun juga dari tokoh yang lebih beperngalaman sehingga memberikan pengetahuan yang lebih kaya.
  4. Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah membantu memperkuat ikatan antara sekolah dan rumah serta memperkuat dukungan sosial untuk siswa.
  5. Serta yang terpenting adalah mempersiapkan diri saya sebagai seorang pendidik untuk mengasah kompetensi guru yang meliputi Kompetensi Pedagogis, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional agar dapat menjadi agen perubahan bagi pendidikan di Indonesia yang lebih optimal.

 

DAFTAR RUJUKAN 

Hardi, E., & Mudjiran, M. (2022). Diversitas sosiokultural dalam wujud pendidikan multikultural, gender dan pembelajaran berdiferensiasi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK)4(6), 8931-8942.

Nurwati, R. N., & Listari, Z. P. (2021). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak. Share: Social Work Journal, 11(1), 74-80.

Suardipa, I. P. (2020). Proses Scaffolding Pada Zone Of Proximal Development (ZPD) Dalam Pembelajaran. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama Dan Budaya4(1), 79-92.

Wahira, Mus, S., & Hastuti, S. (2024). PELATIHAN PELAKSANAAN PENDEKATAN CULTURALLY RESPONSIVE TEACHING PADA GURU SEKOLAH DASAR. Jurnal Gembira: Pengabdian Kepada Masyarakat2(01), 117-123.

Wardani, I. R. W., Zuani, M. I. P., & Kholis, N. (2023). Teori Belajar Perkembangan Kognitiv Lev Vygotsky dan Implikasinya dalam Pembelajaran. DIMAR: Jurnal Pendidikan Islam4(2), 332-346.


REFERENSI GAMBAR

Gambar 2  Lev Vygotsky: https://id.wikipedia.org/wiki/Lev_Vygotsky

Gambar 3 Status Sosial Ekonomi: https://mamikos.com/info/contoh-kesenjangan-sosial-pljr/

Gambar 4 Ki Hadjar Dewantara: https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKSI NYATA TOPIK 3: Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pembelajaran

 Penulis: Ni Komang Widiantari PPG Prajabatan 2023 Gambar 1: Implementasi Pembelajaran mempertimbangkan Perspektif Sosiokultural (Sumber: Do...