Penulis: Ni Komang Widiantari
PPG Prajabatan 2023
Refleksi Alur MERDEKA pada Topik 3:
Perspektif Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik dalam Pembelajaran
1. Mulai
Dari Diri
Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses
pembelajaran?
Topik 3 mata kuliah
Perspektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia membahas mengenai “Perspektif
Sosial, Budaya, Ekonomi Dan Politik Dalam Pembelajaran”. Hal pertama yang saya
pikirkan tentang topik ini adalah hal-hal menarik apa yang sekiranya diperoleh,
karena pada awalnya saya berpikir bahwa pembelajaran hanya bergantung pada
keterampilan guru mengajar tanpa memperhatikan keempat aspek tersebut. Selain
itu, di lapangan saya juga kerap bertemu dengan peserta didik yang memiliki
latar belakang yang beragam, sehingga yang terlintas di pikiran saya pada topik
ini adalah bagaimana saya mampu memahaminya dan mengimplementasikannya dalam
proses pembelajaran. Saya berpikir melalui topik 3 ini, saya dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif, berbasis budaya, dan responsif
terhadap kebutuhan beragam siswa. Langkah-langkah ini tidak hanya akan
meningkatkan efektivitas pembelajaran saya sebagai seorang pendidik, tetapi
juga akan membantu memperkuat koneksi antara konsep teoretis dan praktek dalam
konteks pendidikan. Dengan demikian, saya bertekad untuk mengambil
langkah-langkah konkret dalam mengimplementasikan konsep-konsep sosiokultural,
SES, dan CHAT ke dalam praktik pembelajaran.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=inbOD1zeZ2k&t=825s
Pada Mulai Dari Diri, juga disajikan dengan tayangan video mengenai proses pendidikan di daerah Pedalaman yakni Desa Mulya Jaya yang memberikan banyak inspirasi dan tenaga pendidiknya yang sangat bersemangat dan memiliki komitmen tinggi dalam memberikan pengabdian dan pendidikan yang layak, sesuai dengan karakteristik peserta didik. Walau ditengah keterbatasan sarana prasarana, proses pendidikan di desa tersebut tetap berjalan dengan baik karena guru-guru cenderung menerapkan pembelajaran kontekstual yang memberikan pengalaman nyata pada peserta didik. Serta membekalkan pula keterampilan hidup untuk mereka.
2. Eksplorasi Konsep
Apa yang
Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini?
Banyak
pemahaman baru yang saya peroleh di tahap eksplorasi, yakni bagaimana interaksi
sosial sangat berpengaruh pada perkembangan peserta didik, terutama antara
hubungan anak dengan orang dewasa. Vygotsky mengeksplorasi pentingnya hubungan
sosial untuk pembentukan kesadaran dalam sebuah artikel yang diterjemahkan
sebagai “The Socialist Alteration of Man” (1994). Serta menghubungkan
faktor-faktor yang berhubungan dengan SES dengan perbedaan dalam sosialisasi.
Ketika kita menghubungkan faktor-faktor yang terkait dengan Status Sosial
Ekonomi (SES) dengan perbedaan dalam sosialisasi, kita melihat bahwa anak-anak
dari latar belakang SES yang berbeda mungkin mengalami pengalaman sosialisasi
yang berbeda pula. Anak-anak dari latar belakang SES yang tinggi memiliki akses
yang lebih besar dan baik terhadap sumber daya pendidikan yang layak, seperti
buku, internet, dan kegiatan ekstrakurikuler, yang dapat memperkaya interaksi
sosial mereka dan mendukung perkembangan yang positif. Anak-anak dari latar
belakang SES yang rendah mungkin lebih rentan terhadap interaksi sosial yang
kurang mendukung, misalnya, karena orang tua mereka bekerja jauh atau bekerja
dalam kondisi yang membutuhkan waktu dan perhatian yang lebih besar untuk
memenuhi kebutuhan dasar keluarga (Nurwati & Lestari, 2021).
Selain itu,
terhadap kekerasan simbolik, anak-anak yang berasal dari SES rendah cenderung memiliki
kemungkinan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang berasal dari latar
belakang SES tinggi. Dengan memahami koneksi antara interaksi sosial, latar
belakang SES, dan proses sosialisasi, pendidik dapat lebih baik
mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh peserta didik dari
berbagai latar belakang, serta merancang lingkungan pembelajaran yang mendukung
perkembangan sosial dan emosional mereka secara holistik. Dikutip dari Suardipa, (2020), Teori pembelajaran Vygotsky menegaskan bahwa
untuk memahami pikiran seseorang, kita perlu mempertimbangkan konteks
sosial-budaya dan sejarah hidupnya. Dengan kata lain, pemahaman terhadap
pikiran individu tidak hanya dapat dicapai dengan mengeksplorasi pikiran bawah
sadar atau psikisnya, tetapi juga melalui analisis interaksi sosial yang
dipengaruhi oleh konteks historis kehidupan individu tersebut.
3.
Ruang
Kolaborasi
Apa yang
Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam ruang
kolaborasi?
Pada ruang kolaborasi kelompok, mendiskusikan terkait masing-masing
pandangan pada perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi
proses pendidikan. Seluruh kelompok memiliki opini yang serupa bahwa keempat
aspek saling mempengaruhi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif. Pada
aspek sosial: Pembelajaran tidak
hanya melibatkan penerimaan informasi dari guru, tetapi juga melibatkan
interaksi sosial antara siswa, serta interaksi siswa dengan guru dan lingkungan
belajar mereka. Interaksi sosial ini mempengaruhi motivasi, pemahaman, dan
persepsi siswa terhadap materi pembelajaran. Pada aspek budaya: Budaya
memainkan peran penting dalam menentukan nilai-nilai, norma, dan harapan dalam
pendidikan. Pendidikan sering kali mencerminkan nilai-nilai budaya tertentu dan
berusaha untuk mentransmisikan dan mempertahankan warisan budaya. Pada aspek
ekonomi: faktor ekonomi seperti status sosial ekonomi, pendapatan, dan
distribusi kekayaan dapat memengaruhi akses siswa terhadap pendidikan
berkualitas. Ketidaksetaraan ekonomi dapat menjadi hambatan bagi kesetaraan
pendidikan dan mobilitas sosial. Keputusan politik dan kebijakan pemerintah
mempengaruhi struktur, kurikulum, dan praktik pendidikan. Kebijakan pendidikan
dapat membentuk arah dan fokus pendidikan nasional, serta memengaruhi sumber
daya dan alokasi dana untuk pendidikan. sehingga dibutuhkanlah pendidikan multikultural
dalam proses pembelajaran. Menurut Hardi & Mudjiran (2022), Pendidikan
multikultural merupakan respons terhadap pertumbuhan keragaman populasi di
sekolah, seiring dengan kebutuhan akan kesetaraan hak bagi semua kelompok. Ini
mengindikasikan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang inklusif
bagi semua siswa, tanpa memandang perbedaan kelompok seperti gender, etnis,
ras, budaya, status sosial, dan agama.
Dalam diskusi pada ruang kolaborasi, juga membahas pentingnya guru
menguasai keempat kompetensi yakni Kompetensi Pedagogis, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional. Kaitan keempat
kompetensi tersebut dengan penerapan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan
politik dalam pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Kompetensi
Pedagogis mengharapkan guru memiliki keterampilan merencanakan, mengajar, dan
mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan latar belakang peserta didik, baik
meliputi sosial, budaya, ekonomi dan politik. Guru harus mampu merancang
strategi yang tepat dan tentunya wawasan yang luas agar materi dengan kondisi
peserta didik relevan.
- Kompetensi
Kepribadian mengharapkan guru memiliki kepribadian atau sikap yang sesuai
dengan nilai dan norma, serta menunjukan diri sebagai pribadi yang mantap.
Diharapkan guru mampu menunjukan sikap terbuka dan menerima keberagaman
sosiokultural yang ada di kelas.
- Kompetensi
Sosial mengharapkan guru untuk mampu beriteraksi dengan beragam pihak (siswa,
orang tua dan rekan kerja) agar dapat berkomunikasi dan menangani konflik yang
terjadi. Dalam konteks keberagaman guru tentu harus mampu berinteraksi dengan
siapapun dan terampil dalam mengatasi konflik yang terjadi dari adanya
keberagaman latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Contohnya dalam
proses pembelajaran, guru harus menciptakan lingkungan sosial yang positif yang
membuat seluruh siswa merasa aman dan nyaman untuk berinteraksi.
- Kompetensi
Profesional mengharapkan guru memiliki pemahaman yang kuat tentang penguasaan
terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat mendukung
pembelajaran yang dikuasai. Guru harus mampu memilih dan menggunakan materi
pembelajaran yang relevan secara sosial dan kultural. Ini dapat mencakup
memilih bahan bacaan atau sumber daya yang mewakili berbagai perspektif budaya
dan sosial, serta membangun koneksi antara materi pelajaran dengan pengalaman
hidup siswa.
Namun juga ditemukan beberapa perbedaan seperti pandangan terhadap
ekonomi dan budaya yang tentunya beragam. Perbedaan pandangan muncul pada
faktor ekonomi yang mempengaruhi proses pendidikan. Beberapa menganggap bahwa
dalam perspektif ekonomi, guru harus memahami kondisi ekonomi peserta didik dan
mencoba menciptakan pembelajaran yang adil dan dapat diakses seluruh siswa.
Namun, disisi lain terdapat pandangan yang lebih luas bahwa faktor ekonomi juga
dapat ditinjau dari sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Fasilitas sekolah
yang lengkap, ketersediaan sumber belajar dan media yang beragam juga harus
dipertimbangkan oleh guru. sehingga faktor ekonomi tidak hanya mengarah pada
kondisi siswa secara pribadi, namun juga sumber daya sekolah yang harus
dimanfaatkan secara maksimal oleh guru. Selain itu, pada ruang kolaborasi juga menyampaikan terkait kesiapan
menjadi seorang pendidik. Hal ini juga dengan pemahaman terkait perspektif
sosiokultural akan menuntun guru untuk memiliki kesiapan mengajar yag lebih
baik dan optimal.
4.
Demonstrasi Kontekstual
Apa hal
penting yang Anda pelajari dari proses demonstrasi kontekstual yang Anda jalani
bersama kelompok (bisa tentang materi, rekan, dan diri sendiri)?
Pada proses demonstrasi kontekstual saya bersama kelompok mempresentasikan hasil diskusi masing-masing dan ditemukan beberapa persamaan pola pikir terkait pentingnya perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam proses pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang beragam, melalui asesmen diagnostk untuk mengetahui aspek-aspek penting yang perlu untuk diamati dan dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Dalam diskusi tersebut, hal penting yang saya peroleh bahwa selain guru harus memiliki pemahaman latar belakang siswa yang beragam, guru juga harus terampil dan mampu berinovasi untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif. Karena akan percuma jika guru hanya sebatas memahami keberagaman siswa tanpa adanya aksinyata. Selain itu, kondisi siswa juga sangat dipengaurhi oleh orang dewasa di sekitarnya Di sekolah, guru berperan sebagai orang dewasa memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk lingkungan belajar yang mendukung, memotivasi, dan memfasilitasi perkembangan siswa. Mendengarkan, memahami, dan merespons perasaan serta kebutuhan siswa adalah kunci untuk menciptakan ikatan yang positif. kerjasama antara guru, orang tua, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk lingkungan belajar yang mendukung dan menyeluruh. Komunikasi terbuka dan kolaboratif antara semua pihak dapat meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan dan potensi siswa.
5.
Elaborasi
Pemahaman
Sejauh
ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini?
Sejauh
ini, saya sudah memahami bahwa guru harus mempertimbangkan perspektif sosial,
budaya, ekonomi dan politik untuk memberikan lingkungan belajar yang aman dan
nyaman bagi setiap siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Guru
juga harus memastikan bahwa semua siswa memiliki akses yang sama terhadap
sumber daya dan kesempatan pendidikan. Ini termasuk akses ke bahan pelajaran,
teknologi, fasilitas, dan kegiatan ekstrakurikuler. Saya mendapat pemahaman
bagu, bahwa guru dapat memilih materi pembelajaran dan contoh-contoh yang
relevan dengan pengalaman hidup siswa dari berbagai latar belakang sosial
ekonomi. Ini membantu memperkuat hubungan antara pembelajaran di kelas dengan
kehidupan sehari-hari siswa, serta mempromosikan pengalaman belajar yang lebih
bermakna. Selain itu juga, penting adanya upaya dalam mempromosikan kesadaran
sosial dan toleransi di kelas dengan membahas isu-isu sosial yang sensitif,
memperkenalkan perspektif yang beragam, dan membangun lingkungan yang mendukung
untuk dialog terbuka dan menghormati perbedaan.
Apa
hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari pemahaman di awal sebelum
pembelajaran dimulai?
Awalnya saya berpikir bahwa cukup ketika guru memahami
keberagaman siswa di kelas dan mengakomodasi setiap kebutuhan siswa. Namun,
perlu juga bagi guru untuk membuat siswa juga memahami bahwa mereka hidup dalam
keberagaman. Ternyata, guru perlu memfasilitasi diskusi kelas tentang
keberagaman, memperkenalkan siswa pada berbagai perspektif dan pengalaman
hidup. Ini menciptakan kesempatan bagi siswa untuk bertanya, belajar satu sama
lain, dan merangsang rasa ingin tahu. Mendorong siswa untuk bekerja sama dalam
proyek-proyek yang merayakan keberagaman, seperti mempersembahkan pertunjukan
budaya atau mengadakan acara makanan multikultural, dapat memperkuat rasa
saling menghargai dan kerjasama di antara siswa. sehingga siswapun juga
dibentuk untuk lebih menghargai dan menghormati keberagaman yang ada di
sekitarnya. Dengan membantu siswa memahami dan menghargai keberagaman, guru
tidak hanya membantu mereka menjadi warga dunia yang lebih toleran dan terbuka,
tetapi juga membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis
secara keseluruhan. Ini adalah langkah penting dalam mempersiapkan generasi
masa depan untuk sukses dalam dunia yang semakin terhubung dan beragam.
Apa
yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?
Hal yang
ingin saya pelajari lebih lanjut terkait topik ini adalah bagaimana
pengimplementasian guru dalam menerapkan pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran dengan memperhatikan perspektif sosial, budaya, ekonomi, dan
politik. Bagaimana cara seorang gru mampu melaksanakan pendidikan
berdiferensiasi dan tanggap budaya agar mampu memenuhi ZPD (Zona Proksimal
Development). Serta bagaimana cara guru sebagai orang dewasa untuk beradaptasi
di lingkungan tempatnya mengajar apabila kebudayaan di lingkungan tersebut
bertolak belakang dengan miliknya.
6.
Koneksi Antar Materi
Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di
dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?
Pada koneksi antar materi, tentu saya mengaitkan dengan
beberapa mata kuliah yang pernah atau sedang dipelajari saat ini. Tentu banyak
memiliki keterkaitan antar satu sama lain yang nantinya dapat menjadi dasar
untuk dilaksanakan di kelas untuk menciptakan pendidikan yang efektif. Berikut ini
beberapa mata kuliah yang relevan dengan materi ini:
Filosofi Pendidikan Indonesia
Mata kuliah ini banyak membehas mengenai
filosofi pendidikan Indonesia yang merupakan buah pikiran dari Bapak Pendidikan
Indonesia Ki Hadjar Dewantara. Bahwa terdapat pemikiran bahwa tujuan pendidikan
adalah menuntun semua kodrat yang ada pada anak sehingga mereka mencapai
keselamatan. "Guru sebagai pamong" merujuk pada peran guru sebagai
pengarah atau pembimbing dalam proses belajar mengajar. Istilah
"pamong" dalam konteks ini mengacu pada figur yang memberikan arahan,
dukungan, dan bimbingan kepada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran mereka.
Guru sebagai pamong memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa menavigasi
materi pelajaran, mengidentifikasi kebutuhan individu mereka, dan memberikan
bantuan yang sesuai sesuai dengan Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) mereka. Dikutip
dari Wardani, dkk (2023), Pada tahap perkembangan, ZPD
memungkinkan anak untuk memecahkan masalah dengan berinteraksi atau bekerja
sama dengan guru atau teman sebaya. Ketika masalah yang seharusnya memerlukan
bimbingan eksternal berhasil diatasi dengan bantuan orang lain, anak akan dapat
mengatasi masalah serupa secara mandiri di masa depan. Ini menunjukkan bahwa
apa yang dipelajari dengan bantuan orang lain hari ini akan membantu anak
menjadi mandiri dalam menghadapi situasi serupa di kemudian hari.
Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya
Penting bagi guru menciptakan pembelajaran yang berpihak pada
peserta didik, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, yang dapat
ditinjau dari latar belakang sosial, budaya, ekonomi. Guru harus mampu
memberikan pendidikan yang membuat siswa merasa aman dan nyaman dengan
mempertimbangkan latar belakangnya.
Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif
Untuk menciptakan pendidikan yang berpihak pada peserta didik
dan mempertimbangkan perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik, guru dapat
menerapkan pengajaran berdiferensiasi dengan menyesuaikan konten, proses dan
produk sesuai dengan kondisi dan latar belakang peserta didik. guru dapat
menerapkan pembelajaran culturally responsive teaching agar sesuai
dengan kebudayaan peserta didik. Culturally Responsive Teaching (CRT) merupakan
pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk sengaja menghubungkan
latar belakang budaya
siswa dengan materi pelajaran (Wahira,dkk, 2024). serta
menerapkan pendekatan Teaching at the Right Level agar sesuai dengan
konsep ZPD.
Praktik Pengalaman Lapangan
Pemahaman dalam topik ini harus mampu diterapkan dalam
praktik di lapangan, karena di kondisi nyata tentu siswa memiliki latar
belakang yang beragam. Sehingga guru harus memahami dan memperaktikannya.
7.
Aksi Nyata
Apa manfaat pembelajaran ini untuk
kesiapan Anda sebagai guru?
Pembahasan topik ini tentu sangat
bermanfaat bagi kesiapan saya sebagai guru nantinya, bahwa sangat perlu
mempertimbangkan perspekif sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam proses
pembelajaran guna menciptakan pendidikan yang inklusi dan berpihak pada peserta
didik. Dalam mengajar siswa dari latar belakang yang berbeda, guru perlu
menggunakan pendekatan instruksional yang diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan
belajar individual siswa. Ini termasuk menyediakan dukungan tambahan,
menyesuaikan materi pembelajaran, dan menggunakan strategi pembelajaran yang
beragam. Dalam mengajar siswa dari latar belakang yang berbeda, guru perlu
menggunakan pendekatan instruksional yang diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan
belajar individual siswa. Ini termasuk menyediakan dukungan tambahan,
menyesuaikan materi pembelajaran, dan menggunakan strategi pembelajaran yang
beragam.
Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda
saat ini, dalam skala 1–10? Apa alasannya?
Saya menilai kesiapan diri saya untuk
mengajar dengan perspektif sosial, budaya, ekonomi dan politik adalah 7.5. Nilai
ini bertambah dari pengalaman belajar di topik-topik sebelumnya, karena
tentunya seiring berjalannya waktu kemampuan dan wawasan saya mulai bertambah
setelah mempelajari beberapa topik pada mata kuliah Perspektif Sosiokultural
dalam Pendidikan Indonesia. Saya mulai menguasai konsep-konsep dasar pendidikan
yang berpihak pada peserta didik dengan mempertimbangkan keberagaman latar
belakang, namun masih perlu ditingkatkan dan diasah melalui praktik baik di
lapangan, agar semakin meningkatkan kesiapan mengajar.
Apa yang perlu Anda persiapkan lebih
lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?
Sebagai seorang guru, tentu saya perlu mempersiapkan diri dengan lebih matang lagi untuk mampu menyesuaikan pembelajaran dnegan latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dalam konteks pembelajaran, adapun hal-hal yang akan saya persiapkan yakni meliputi:
- Menyusun racangan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, ekonomi dan politik atau sesuai dengan konsep ZPD. Menggunakan pendekatan diferensiasi dan Teaching at the Right Level. Mengembangkan strategi pengajaran yang beragam untuk mengakomodasi gaya belajar dan tingkat pemahaman yang berbeda sesuai dengan keberagaman ekonomi. Hal ini dapat mencakup penyediaan materi pembelajaran dalam berbagai bentuk, menggunakan sumber daya yang dapat diakses oleh semua siswa, dan memberikan pilihan tugas yang relevan dengan kehidupan sehari-harinya.
- Mempersipakan asesmen atau alat penilaian yang dapat digunakan secara berkala untuk memantau atau meonitor perkembangan peserta didik, sehingga guru mampu memperbaiki proses pembelajaran supaya lebih relevan sesuai dengan latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan politik.
- Menggunakan sumber daya lokal utnuk mendukung proses pembelajaran agar lebih bermakna dan relevan. Dengan mengikutsertakan masyarakat atau komunitas lokal dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak hanya belajar dari guru, namun juga dari tokoh yang lebih beperngalaman sehingga memberikan pengetahuan yang lebih kaya.
- Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah membantu memperkuat ikatan antara sekolah dan rumah serta memperkuat dukungan sosial untuk siswa.
- Serta yang terpenting adalah mempersiapkan diri saya sebagai seorang pendidik untuk mengasah kompetensi guru yang meliputi Kompetensi Pedagogis, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Profesional agar dapat menjadi agen perubahan bagi pendidikan di Indonesia yang lebih optimal.
DAFTAR RUJUKAN
Hardi, E., & Mudjiran, M. (2022). Diversitas sosiokultural dalam
wujud pendidikan multikultural, gender dan pembelajaran berdiferensiasi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6), 8931-8942.
Nurwati, R. N., & Listari, Z. P. (2021). Pengaruh Status Sosial
Ekonomi Keluarga Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak. Share: Social
Work Journal, 11(1), 74-80.
Suardipa, I. P. (2020). Proses Scaffolding Pada Zone Of Proximal
Development (ZPD) Dalam Pembelajaran. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama Dan Budaya, 4(1), 79-92.
Wahira, Mus, S., & Hastuti, S. (2024). PELATIHAN PELAKSANAAN
PENDEKATAN CULTURALLY RESPONSIVE TEACHING PADA GURU SEKOLAH DASAR. Jurnal Gembira: Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(01), 117-123.
Wardani, I. R. W., Zuani, M. I. P., & Kholis, N. (2023). Teori
Belajar Perkembangan Kognitiv Lev Vygotsky dan Implikasinya dalam Pembelajaran. DIMAR: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 332-346.
REFERENSI GAMBAR
Gambar 2 Lev Vygotsky: https://id.wikipedia.org/wiki/Lev_Vygotsky
Gambar 3 Status
Sosial Ekonomi: https://mamikos.com/info/contoh-kesenjangan-sosial-pljr/
Gambar 4 Ki
Hadjar Dewantara: https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar